Senin, 08 Agustus 2011

Read More......

Kamis, 03 Maret 2011

Membukukukan Al Qur'an di masa Utsman ra.

Tetaplah demikian Al Qur'an itu, artinya telah dituliskan dalam satu naskah yang lengkap, di atas lembaran-lembaran yang serupa, ayat-ayat dalam sesuatu surat tersusun menurut tertib urut yang ditunjukkan ole Nabi. Lembaran-lembaran ini digulung dan diikat dengan benang, disimpan oleh mereka yang disebutkan di atas.

Di atas telah disebutkan bahwa di permulaan pemerintahan Khalifah Abu Bakar terjadilah riddah (pemberontakan orang-orang murtad). Yang
Read More......

Rabu, 02 Maret 2011

Al Qur'an di masa Abu Bakar ra.



Sesudah Rasulullah wafat, para sahabat baik Anshar maupun Muhajirin, sepakat mengangkat Abu Bakar menjadi khalifah. Pada awal masapemerintahannya banyak diantara orang-orang Islam yang
Read More......

SEJARAH PEMELIHARAAN KEMURNIAN AL QUR'AN

Memelihara Al Qur'an di masa Nabi saw.

Pada permulaan Islam bangsa Arab adalah satu bangsa yang bura huruf; amat sedikit di antara mereka yang pandai menulis dan membaca. Mereka belum mengenal kertas, sebagai kertas yang dikenal sekarang.
Perkataan "Al waraq" (daun) yang Read More......

Rabu, 02 Februari 2011

SURAT-SURAT DALAM AL QUR'AN

Jumlah surat dalam Al Qur'an ada 114; nama-namanya dan batas-batas tiap-tiap surat, susunan ayat-ayatnya adalah menurut ketentuan yang ditetapkan dan diajarkan oleh Rasulullah sendiri (taufiqi).

Sebagian dari surat-surat Al Qur'an mempunyai satu nama dan sebagian yang lain mempunyai lebih dari satu nama, sebagaimana yang akan diterangkan dalam muqodimah tiap-tiap surat.

Surat-surat yang ada dalam Al Qur'an ditinjau dari segi panjang dan pendeknya terbagi aras 4 bagian, yaitu:

1. ASSAB'UTHTHIWAL, dimaksudkan, tujuh surat yang panjang. Yaitu: Al Baqarah, Ali Imaran, An Nisaa', al A'raaf, Al An'aam, al Maa-idah dan Yunus.

2. AL MIUUN, dimaksudkan surat-surat yang berisi kira-kira seratus ayat lebih. seperti Hud, Yusuf, Mu'min, dsb.

3. AL MATSANI, dimaksudkan surat-surat yang berisi kurang sedikit dari seratus ayat, seperti: Al Anfal, Al Hijr, dsb.

4. AL MUFASHSHOL, dimaksudkan surat-surat pendek. seperti: Adhdhuha, 'al Ikhlas, Al Falaq, An Nas dsb. Read More......

Ayat-ayat Makkiyyah dan ayat-ayat Madaniyyah

Ditinjau dari segi masa turunnya, maka Al Qur'an itu dibagi atas dua golongan:

1. Ayat-ayat yang diturunkan di Mekah atau sebelum Nabi Muhammad s.a.w. gijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Makkiyyah.

2. Ayat-ayat yang diturunkan di Madinah atau sesudah Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Madaaniyyah.

Ayat-ayat Makkiyyah meliputi 19/30 dari isi Al Qur'an terdiri atas 86 surat, sedang ayat-ayat Madaniyyah meliputi 11/30 dari isi Al Qur'an terdiri atas 28 surat.

Perbedaan ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah ialah:

1. Ayat-ayat Makiyyah pada umumnya pendek-pendek sedang ayat-ayat Madaniyyah panjang-panjang; surat Madaniyyah yang merupakan 11/30 dari isi Al Qur'an ayat-ayatnya berjumlah 1.456, sedang surat Makkiyyah yang merupakan 19/30 dari isi Al Qur'an jumllah ayat-ayatnya 4.780 ayat. Juz 8 seluruhnya Madaniyyah kecuali surat (60) Mumtahinah, ayat-ayatnya berjumlah 137; sedang juz 29 ialah Makkiyah kecuali surat (76)Ad Dahr, ayat-ayatnya berjumlah 431. Surat Al Anfaal dan surat asy Syu'araa masing-masing merupakan setengah juz tetapi yang pertama Madaniyyah dengan bilangan ayat sebanyak 75, sedang yang kedua Makiyyah dengan ayatnya berjumlah 227.

2. Dalam surat-surat Madaniyyah terdapat perkataan "yaa ayyuhalladziina aamanuu" dan sedikit sekali terdapat perkataan "yaa ayyuhannas", sedang dalam surat Makkiyyah adalah sebaliknya.

3. Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ancaman dan pahala, kisah-kisah umat terdahulu yang mengandung pengajaran dan budi pekerti; sedang Madaniyyah mengandung hukum-hukum, baik yang berhubungan dengan hukum adat atau hukum-hukum duniawi, seperti hukum kemasyarakatan, hukum antar agama dan lain-lain. Read More......

Pembagian Al Qur'an

Sejak zaman sahabat telah ada pembagian Al Qur'an menjadi: 1/2, 1/3, 1/5, 1/7, 1/9 dan sebagainya. Pembagian tersebut hanya sekedar untuk hafalan dan amalan dalam tiap-tiap sehari semalam atau di dalam sembahyang, dan tidak ditulis di dalam Al Qur'an atau di pinggirnya. Barulah pada masa Al Hajjaj bin Jusuf Ats Tasaqafi diadakan penulisan di dalam atau di pinggir Al Qur'an dan ditambah dengan istilah-istilah baru.

Salah satu cara pembagian Al Qur'an itu, ialah dibagi menjadi 30 juz, 114 surat dan 60 hizb. Salah satu surat ditulis namanya dan ayat-ayatnya , dan tiap-tiap hizb ditulis sebelah pinggirnya yang menerangkan: hizb pertama, kedua dan seterusnya. Dan tiap-tiap satu hizb dibagi 4. Tanda 1/4 ditulis dengan: "rubba'a", tanda 1/2 ditulis dengan: "nisfu", tanda 3/4 ditulis dengan: "tsalatsatu 'arba'a". Pembagian cara inilah yang dipakai oleh ahli Qiraat Mesir, dan atas dasar itu pulalah percetakan Amiriyah milik pemerintah Mesir mencetak Al Qur'an semenjak tahun 1337 Hijrah sampai sekarang, dibawah pengawasan para guru besar Al Azhar.

Al Qur'an terdiri atas 114 surat dan dibagi menjadi 30 juz terdiri aas 554 ruku'. Surat yang panjang berisi beberapa ruku', sedang surat-surat yang pendek-pendek berisi satu ruku'. Tiap-tiap satu ruku' diberi tanda di sebelah pinggirnya dengan huruf "'ain". Al Qur'an yang beredar di Indonesia dibagi menurut pembagian tersebut di atas, seperti cetakan cirebon, Jepang, dan lain-lainnya. Adapun pertengahan Al Qur'an (nishful Qur'an), terdapat pada surat (18) Al Kahf ayat 19 pada lafazd: "walyatalatthof". Read More......

Nama-nama Al Qur'an

Allah memberi nama Kitab-Nya dengan Al Qur'an yang berarti "bacaan". Arti ini dapat kita lihat dalam surat (75) Al Qiyamah; ayat 17 dan 18 sebagaimana tersebut diatas.

Nama ini dikuatkan oleh ayat-ayat yang terdapat dalam surat (17) Al Israa' ayat 88; surat (2) Al Baqarah ayat 85; surat (15) Al Hijr ayat 87; surat (20) Thaa ha ayat 2; surat (27)
An Naml ayat 6; surat (46) Al Ahqaaf ayat 29; surat (56) Al Waqi'ah ayat 77; surat (59) Al Hasyr ayat 21; dan surat (76) Addahr ayat 23.

Menurut pengertian ayat-ayat di atas Al Qur'an itu dipakai sebagai nama bagi Kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w.

Selain Al Qur'an, Allah juga memberi beberapa nama lain bagi Kitab-Nya, seperti:

1. Al Kitaab atau Kitaabullah: merupakan synonim dari perkataan Al Qur'an, sebagaimana tersebut dalam surat (2) Al Baqarah ayat 2 yang artinya: "Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya ....... " lihat pula surat (6) Al An'aam ayat 114.

2. Al Furqaan: "Al Furqaan" artinya: "Pembeda", ialah "yang membedakan yang benar dan yang batil", sebagai tersebut dalam surat (25) surat Al Furqaan ayat 1 yang artinya: "Maha Agung (Allah) yang telah menurunkan Al Furqaan, kepada hamba-Nya, agar ia menjadi peringatan kepada seluruh alam".

3. Adz-Dzikir: Artinya: "Peringatan" sebagaimana yang tersebut dalam surat (15) Al Hijr ayat 9 yang artinya: "Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan "Adz-Dzikir" dan sesungguhnya Kamilah yang menjaganya". (lihat pula surat (16) An-Nahl ayat 44.

Dari nama yang tiga tersebut diatas, yang paling masyhur dan merupakan nama khas ialah "Al Qur'an".

Selain dari nama-nama yang tiga itu ada lagi beberapa nama bagi Al Qur'an. Imam Asy Syuyuthy dalam kitabnya Al Itqan, menyebutkan nama-nama Al Qur'an diantaranya: Al Mubiin, Al Kariim, Al Kalam, An Nuur. Read More......

Huruf huruf Hijaiyah yang ada pada permulaan surat

Di dalam Al Qur'an ada 29 surat yang dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah yaitu pada surat-surat:

(1) Al Baqarah, (2) Ali Imran, (3) AL A'raf, (4) Yunus, (5) Yusuf, (7) Ar Ra'ad (8) Ibrahim, (9) Al Hijr, (10) Maryam, (11) Thahaa, (12) Asy Syuraa, (13) An Naml, (14) Al Qashas, (15) Al 'Ankabut, (16) Ar Ruum, (17) Lukman, (18) As Sajdah, (19) Yasin, (20) Shaad, (21) Al Mu'min, (22) Fushshilat, (23) Asy Syuura, (24) Az Zukhruf, (25) Ad Duukhan, (26) Al Jaatsiyah, (27) al Ahqaaf, (28) Qaaf, (29) Al Qalaam (Nuun).

Huruf-huruf hijaiyah yang terdapat pada permlaan tiap-tiap surat tersebut di atas, dinamakan "Fawatihushshuwar" artinya pembukaan surat-surat. Read More......

Hikmah diturunkannya Al Qur'an secara terusmenerus

Al Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 23 tahun, 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah.

Hikmah Al Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur itu ialah:

1. Agar lebih mudah dimengerti dan dilaksanakan. Orang akan enggan melaksanakan suruhan, dan larangan sekiranya suruhan dan larangan itu diturunkan sekaligus banyak. Hal ini disebutkan oleh Mukhari dari riwayat "Aisyah r.a.

2. Diantara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan kemaslahatan. Ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al Qur'an diturunkan sekaligus. (ini menurut pendapat yang mengatakan adanya nasikh dan mansukh).

3. Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh di hati.

4. Memudahkan penghafalan. Orang-orang musyrik yang telah menanyakan mengapa Al Qur'an tidak diturunkan sekaligus, sebagaimana tersebut dalam Al Qur'an surat (25) Al Furqaan ayat 32, yaitu: ".......... mengapakah Al Qur'an tidak diturunkan kepadanya sekaligus ........... ? " kemudian dijawab di dalam ayat itu sendiri: ".......... Demikianlah, dengan (cara) begitu Kami hendak menetapkan hatimu ......... "

5. Di antara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban daripada pertanyaan atau penolakan suatu pendapat atau perbuatan , sebagai dikatakan oleh Ibnu 'Abbas r.a. Hal ini tidak dapat terlaksana kalau al Qur'an diturunkan sekaligus. Read More......

Senin, 31 Januari 2011

sejarah alquran


APAKAH ALQURAN ITU?

Arti kata Qur'an dan apa yang dimaksud dengan Al Qur'an.

"Qur'an menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr. Subhi Al Salih berarti "bacaan", asal kata qaraa. Kata Al-Qur'an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf'ul yaitu arti maqru (dibaca).
di dalam Al-Qur'an itu sendiri ada pemakaian kata "Qur'an" dalam arti demikian sebagai tersibut dalam ayat 17, 18, surat (75) Al Qiyamah, yang artinya:
"Sesungguhnya mengumpulkan Al Qur'an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (karena itu), jika Kami telah membacakannya, hendaknya kamu ikuti bacaannya."

Kemudian dipakai kata "Qur'an" itu untuk Al Qur'an yang dikenal sekarang ini. Adapun definisi Al Qur'an ialah: "Kalam Allah s.w.t. yang merupakan mu'jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah."

Dengan definisi ini, Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-nabi selain Nabi Muhammad s.a.w., tidak dinamakan Al Qur'an seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s., atau Injil yang diturunkan kepada Nabi 'Isa a.s. Demikian pula Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak pula dinamakan Al Qur'an.

Cara-cara Al Qur'an diwahyukan.

Nabi Muhammmad s.a.w. dalam al menerima wahyu mengalami bermacam-macam cara dan keadaan, diantaranya:

1. Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi s.a.w. tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya Mengenai hal ini Nabi mengatakan: "Ruhul qudus mewahyukan ke dalam kalbuku", (lihat surat (42) Asy Syuraa ayat (51).

2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.

3. Wahyu datang kepadanya sepeti gemerincingya lonceng. Cara inilah yang amat berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: "Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnnya wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa".

4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-lakki seperti keadaan no. 2, tetapi benar-benar seperti rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam Al Qur'an surat (53) An Najm ayat 13 dan 14, yang artinya:
"Sesunggunya Muhammad telah melihatnya pada kali yang lain (kedua). Ketika (ia berada) di Sidratulmuntaha".

Pembagian Al Qur'an

Sejak zaman sahabat telah ada pembagian Al Qur'an menjadi: 1/2, 1/3, 1/5, 1/7, 1/9 dan sebagainya. Pembagian tersebut hanya sekedar untuk hafalan dan amalan dalam tiap-tiap sehari semalam atau di dalam sembahyang, dan tidak ditulis di dalam Al Qur'an atau di pinggirnya. Barulah pada masa Al Hajjaj bin Jusuf Ats Tasaqafi diadakan penulisan di dalam atau di pinggir Al Qur'an dan ditambah dengan istilah-istilah baru.

Salah satu cara pembagian Al Qur'an itu, ialah dibagi menjadi 30 juz, 114 surat dan 60 hizb. Salah satu surat ditulis namanya dan ayat-ayatnya , dan tiap-tiap hizb ditulis sebelah pinggirnya yang menerangkan: hizb pertama, kedua dan seterusnya. Dan tiap-tiap satu hizb dibagi 4. Tanda 1/4 ditulis dengan: "rubba'a", tanda 1/2 ditulis dengan: "nisfu", tanda 3/4 ditulis dengan: "tsalatsatu 'arba'a". Pembagian cara inilah yang dipakai oleh ahli Qiraat Mesir, dan atas dasar itu pulalah percetakan Amiriyah milik pemerintah Mesir mencetak Al Qur'an semenjak tahun 1337 Hijrah sampai sekarang, dibawah pengawasan para guru besar Al Azhar.

Al Qur'an terdiri atas 114 surat dan dibagi menjadi 30 juz terdiri aas 554 ruku'. Surat yang panjang berisi beberapa ruku', sedang surat-surat yang pendek-pendek berisi satu ruku'. Tiap-tiap satu ruku' diberi tanda di sebelah pinggirnya dengan huruf "'ain". Al Qur'an yang beredar di Indonesia dibagi menurut pembagian tersebut di atas, seperti cetakan cirebon, Jepang, dan lain-lainnya. Adapun pertengahan Al Qur'an (nishful Qur'an), terdapat pada surat (18) Al Kahf ayat 19 pada lafazd: "walyatalatthof". Read More......

Minggu, 30 Januari 2011

KEISTIMEWAAN ALQURAN

Kitab suci Alquran memiliki keistimewaan-keistimewaan yang dapat
dibedakan dari kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya, di antaranya
ialah:
Al quran memuat ringkasan dari ajaran-ajaran ketuhanan yang
pernah dimuat kitab-kitab suci sebelumnya seperti Taurat, Zabur, Injil dan
lain-lain. Juga ajaran-ajaran dari Tuhan yang berupa wasiat. Alquran juga
mengokohkan perihal kebenaran yang pernah terkandung dalam kitab-kitab
suci terdahulu yang berhubungan dengan peribadatan kepada Allah Yang
Maha Esa, beriman kepada para rasul, membenarkan adanya balasan pada
hari akhir, keharusan menegakkan hak dan keadilan, berakhlak luhur serta
berbudi mulia dan lain-lain.
Allah Taala berfirman, "Kami menurunkan kitab Alquran kepadamu
(Muhammad) dengan sebenarnya, untuk membenarkan dan menjaga kitab
yang terdahulu sebelumnya. Maka dari itu, putuskanlah hukum di antara
sesama mereka menurut apa yang diturunkan oleh Allah. Jangan engkau
ikuti nafsu mereka yang membelokkan engkau dari kebenaran yang sudah
datang padamu. Untuk masing-masing dari kamu semua Kami tetapkan
aturan dan jalan." (Q.S. Al-Maidah:48)
Jelas bahwa Allah swt. sudah menurunkan kitab suci Alquran kepada
Nabi Muhammad saw. dengan disertai kebenaran mengenai apa saja yang
terkandung di dalamnya, juga membenarkan isi kitab-kitab suci yang
diturunkan oleh Allah Taala sebelum Alquran sendiri yakni kitab-kitab Allah yang diberikan kepada para nabi sebelum Rasulullah saw. Bahkan sebagai
pemeriksa, peneliti, penyelidik dari semuanya. Oleh sebab itu Alquran
dengan terus terang dan tanpa ragu-ragu menetapkan mana yang benar,
tetapi juga menjelaskan mana yang merupakan pengubahan, pergantian,
penyimpangan dan pertukaran dari yang murni dan asli.
Selanjutnya dalam ayat di atas disebutkan pula bahwa Allah Taala
memerintahkan kepada nabi supaya dalam memutuskan segala persoalan
yang timbul di antara seluruh umat manusia ini dengan menggunakan
hukum dari Alquran, baik orang-orang yang beragama Islam atau pun
golongan ahlul kitab (kaum Nasrani dan Yahudi) dan jangan sampai
mengikuti hawa nafsu mereka sendiri saja.
Dijelaskan pula bahwa setiap umat oleh Allah swt. diberikan syariat
dan jalan dalam hukum-hukum amaliah yang sesuai dengan persiapan serta
kemampuan mereka.
Adapun yang berhubungan dengan persoalan akidah, ibadah, adab,
sopan santun serta halal dan haram, juga yang ada hubungannya dengan
sesuatu yang tidak akan berbeda karena perubahan masa dan tempat, maka
semuanya dijadikan seragam dan hanya satu macam, sebagaimana yang
tertera dalam agama-agama lain yang bersumber dari wahyu Allah swt.
Allah Taala berfirman, "Allah telah menetapkan agama untukmu
semua yang telah diwasiatkan oleh-Nya kepada Nuh dan apa yang telah
Kami wahyukan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, (yang semua serupa saja)
yakni hendaklah kamu semua menegakkan agama yang benar dan janganlah
kamu sekalian berpecah-belah." (Q.S. Asy-Syura:13)
Seterusnya lalu dibuang beberapa hukum yang berhubungan dengan
amaliah yang dahulu dan diganti dengan syariat Islam yang merupakan
syariat terakhir yang kekal serta sesuai untuk diterapkan dalam segala waktu
dan tempat. Oleh sebab itu, maka akidah pun menjadi satu macam,
sedangkan syariat berbeda disesuaikan dengan kondisi zaman masingmasing
umat. Read More......