Senin, 31 Januari 2011

sejarah alquran


APAKAH ALQURAN ITU?

Arti kata Qur'an dan apa yang dimaksud dengan Al Qur'an.

"Qur'an menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr. Subhi Al Salih berarti "bacaan", asal kata qaraa. Kata Al-Qur'an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf'ul yaitu arti maqru (dibaca).
di dalam Al-Qur'an itu sendiri ada pemakaian kata "Qur'an" dalam arti demikian sebagai tersibut dalam ayat 17, 18, surat (75) Al Qiyamah, yang artinya:
"Sesungguhnya mengumpulkan Al Qur'an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (karena itu), jika Kami telah membacakannya, hendaknya kamu ikuti bacaannya."

Kemudian dipakai kata "Qur'an" itu untuk Al Qur'an yang dikenal sekarang ini. Adapun definisi Al Qur'an ialah: "Kalam Allah s.w.t. yang merupakan mu'jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah."

Dengan definisi ini, Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-nabi selain Nabi Muhammad s.a.w., tidak dinamakan Al Qur'an seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s., atau Injil yang diturunkan kepada Nabi 'Isa a.s. Demikian pula Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak pula dinamakan Al Qur'an.

Cara-cara Al Qur'an diwahyukan.

Nabi Muhammmad s.a.w. dalam al menerima wahyu mengalami bermacam-macam cara dan keadaan, diantaranya:

1. Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi s.a.w. tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya Mengenai hal ini Nabi mengatakan: "Ruhul qudus mewahyukan ke dalam kalbuku", (lihat surat (42) Asy Syuraa ayat (51).

2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.

3. Wahyu datang kepadanya sepeti gemerincingya lonceng. Cara inilah yang amat berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: "Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnnya wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa".

4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-lakki seperti keadaan no. 2, tetapi benar-benar seperti rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam Al Qur'an surat (53) An Najm ayat 13 dan 14, yang artinya:
"Sesunggunya Muhammad telah melihatnya pada kali yang lain (kedua). Ketika (ia berada) di Sidratulmuntaha".

Pembagian Al Qur'an

Sejak zaman sahabat telah ada pembagian Al Qur'an menjadi: 1/2, 1/3, 1/5, 1/7, 1/9 dan sebagainya. Pembagian tersebut hanya sekedar untuk hafalan dan amalan dalam tiap-tiap sehari semalam atau di dalam sembahyang, dan tidak ditulis di dalam Al Qur'an atau di pinggirnya. Barulah pada masa Al Hajjaj bin Jusuf Ats Tasaqafi diadakan penulisan di dalam atau di pinggir Al Qur'an dan ditambah dengan istilah-istilah baru.

Salah satu cara pembagian Al Qur'an itu, ialah dibagi menjadi 30 juz, 114 surat dan 60 hizb. Salah satu surat ditulis namanya dan ayat-ayatnya , dan tiap-tiap hizb ditulis sebelah pinggirnya yang menerangkan: hizb pertama, kedua dan seterusnya. Dan tiap-tiap satu hizb dibagi 4. Tanda 1/4 ditulis dengan: "rubba'a", tanda 1/2 ditulis dengan: "nisfu", tanda 3/4 ditulis dengan: "tsalatsatu 'arba'a". Pembagian cara inilah yang dipakai oleh ahli Qiraat Mesir, dan atas dasar itu pulalah percetakan Amiriyah milik pemerintah Mesir mencetak Al Qur'an semenjak tahun 1337 Hijrah sampai sekarang, dibawah pengawasan para guru besar Al Azhar.

Al Qur'an terdiri atas 114 surat dan dibagi menjadi 30 juz terdiri aas 554 ruku'. Surat yang panjang berisi beberapa ruku', sedang surat-surat yang pendek-pendek berisi satu ruku'. Tiap-tiap satu ruku' diberi tanda di sebelah pinggirnya dengan huruf "'ain". Al Qur'an yang beredar di Indonesia dibagi menurut pembagian tersebut di atas, seperti cetakan cirebon, Jepang, dan lain-lainnya. Adapun pertengahan Al Qur'an (nishful Qur'an), terdapat pada surat (18) Al Kahf ayat 19 pada lafazd: "walyatalatthof". Read More......

Minggu, 30 Januari 2011

KEISTIMEWAAN ALQURAN

Kitab suci Alquran memiliki keistimewaan-keistimewaan yang dapat
dibedakan dari kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya, di antaranya
ialah:
Al quran memuat ringkasan dari ajaran-ajaran ketuhanan yang
pernah dimuat kitab-kitab suci sebelumnya seperti Taurat, Zabur, Injil dan
lain-lain. Juga ajaran-ajaran dari Tuhan yang berupa wasiat. Alquran juga
mengokohkan perihal kebenaran yang pernah terkandung dalam kitab-kitab
suci terdahulu yang berhubungan dengan peribadatan kepada Allah Yang
Maha Esa, beriman kepada para rasul, membenarkan adanya balasan pada
hari akhir, keharusan menegakkan hak dan keadilan, berakhlak luhur serta
berbudi mulia dan lain-lain.
Allah Taala berfirman, "Kami menurunkan kitab Alquran kepadamu
(Muhammad) dengan sebenarnya, untuk membenarkan dan menjaga kitab
yang terdahulu sebelumnya. Maka dari itu, putuskanlah hukum di antara
sesama mereka menurut apa yang diturunkan oleh Allah. Jangan engkau
ikuti nafsu mereka yang membelokkan engkau dari kebenaran yang sudah
datang padamu. Untuk masing-masing dari kamu semua Kami tetapkan
aturan dan jalan." (Q.S. Al-Maidah:48)
Jelas bahwa Allah swt. sudah menurunkan kitab suci Alquran kepada
Nabi Muhammad saw. dengan disertai kebenaran mengenai apa saja yang
terkandung di dalamnya, juga membenarkan isi kitab-kitab suci yang
diturunkan oleh Allah Taala sebelum Alquran sendiri yakni kitab-kitab Allah yang diberikan kepada para nabi sebelum Rasulullah saw. Bahkan sebagai
pemeriksa, peneliti, penyelidik dari semuanya. Oleh sebab itu Alquran
dengan terus terang dan tanpa ragu-ragu menetapkan mana yang benar,
tetapi juga menjelaskan mana yang merupakan pengubahan, pergantian,
penyimpangan dan pertukaran dari yang murni dan asli.
Selanjutnya dalam ayat di atas disebutkan pula bahwa Allah Taala
memerintahkan kepada nabi supaya dalam memutuskan segala persoalan
yang timbul di antara seluruh umat manusia ini dengan menggunakan
hukum dari Alquran, baik orang-orang yang beragama Islam atau pun
golongan ahlul kitab (kaum Nasrani dan Yahudi) dan jangan sampai
mengikuti hawa nafsu mereka sendiri saja.
Dijelaskan pula bahwa setiap umat oleh Allah swt. diberikan syariat
dan jalan dalam hukum-hukum amaliah yang sesuai dengan persiapan serta
kemampuan mereka.
Adapun yang berhubungan dengan persoalan akidah, ibadah, adab,
sopan santun serta halal dan haram, juga yang ada hubungannya dengan
sesuatu yang tidak akan berbeda karena perubahan masa dan tempat, maka
semuanya dijadikan seragam dan hanya satu macam, sebagaimana yang
tertera dalam agama-agama lain yang bersumber dari wahyu Allah swt.
Allah Taala berfirman, "Allah telah menetapkan agama untukmu
semua yang telah diwasiatkan oleh-Nya kepada Nuh dan apa yang telah
Kami wahyukan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, (yang semua serupa saja)
yakni hendaklah kamu semua menegakkan agama yang benar dan janganlah
kamu sekalian berpecah-belah." (Q.S. Asy-Syura:13)
Seterusnya lalu dibuang beberapa hukum yang berhubungan dengan
amaliah yang dahulu dan diganti dengan syariat Islam yang merupakan
syariat terakhir yang kekal serta sesuai untuk diterapkan dalam segala waktu
dan tempat. Oleh sebab itu, maka akidah pun menjadi satu macam,
sedangkan syariat berbeda disesuaikan dengan kondisi zaman masingmasing
umat. Read More......