tag:blogger.com,1999:blog-34358732187033054562024-03-05T19:29:13.618+07:00perspektif"Bismillahirrahmanirrahiim"wahyubedehttp://www.blogger.com/profile/01739343938807133227noreply@blogger.comBlogger17125tag:blogger.com,1999:blog-3435873218703305456.post-45653759253976735452011-08-08T16:22:00.001+07:002011-08-08T16:22:56.042+07:00<div align="justify"> <a name='more'></a> </div>wahyubedehttp://www.blogger.com/profile/01739343938807133227noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3435873218703305456.post-18806137634071233502011-03-03T03:43:00.003+07:002011-03-04T09:36:59.320+07:00Membukukukan Al Qur'an di masa Utsman ra.<div align="justify">Tetaplah demikian Al Qur'an itu, artinya telah dituliskan dalam satu naskah yang lengkap, di atas lembaran-lembaran yang serupa, ayat-ayat dalam sesuatu surat tersusun menurut tertib urut yang ditunjukkan ole Nabi. Lembaran-lembaran ini digulung dan diikat dengan benang, disimpan oleh mereka yang disebutkan di atas. <br />
<br />
Di atas telah disebutkan bahwa di permulaan pemerintahan Khalifah Abu Bakar terjadilah riddah (pemberontakan orang-orang murtad). Yang <a name='more'></a>kemudian dapat dipadamkan oleh Abu Bakar. Maka setelah Jaziratul Arab tenteram kembali, Mulailah Abu Bakar menyiarkan Islam ke negeri-negeri yang berdekatan.<br />
<br />
Di masa beliau tentara Islam telah memasuki kota-kota Hirah dan Anbar (di Mesopotamia) dan telah sampai di sungai Yarmuk di Syria, dan di masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab, kaum Muslimin telah menaklukkan Bactriane dekat sungai Ayax (Amu Daria) di sebelah timur, dan Mesir di sebelah barat.<br />
<br />
Di masa Khalifah Utsman bin Affan, pemerintahan mereka telah sampai ke Armenia dan Azarbaiyan di sebelah timur, dan Tripoli di sebelah barat. Dengan demikian kelihatanlah bahwa kaum Muslimin di waktu itu telah terpencar-pencar di Mesir, Syria, Irak, Persia dan Afrika. Kemana mereka pergi, dan di mana mereka tinggal Al Qur'anul Karim itu tetap jadi Imam mereka, di antara mereka banyak yang menghafal AlQur'an itu. Pada mereka ada naskah-naskah Al Qur'an itu, tetapi naskah-naskah yang mereka punyai itu tidak sama susunan surat-suratnya.<br />
<br />
Begitu juga ada didapat di antara mereka perbedaan tentang bacaan Al Qur'an itu, Asal mulanya perbedaan bacaan ini ialah karena Rasulullah sendiripun memberi kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab yang berasa di masanya, untuk membaca dan melafadzkan Al Qur'an itu menurut lahjah (dialek) mereka masing-masing. Kelonggaran ini diberikan oleh Nabi supaya mudah mereka menghafal Al Qur'an ini.<br />
<br />
Tetapi kemudian kelihatan tanda-tanda bahwa perbedaaan tentang bacaan Al Qur'an ini kalau dibiarkan, akan mendatangkan perselisihan dan perpecahan yang tidak diinginkan dalam kalangan kaum Muslimin.<br />
<br />
Ketika beliau ikut dalam pertempuran menaklukkan Armenia dan Azerbaiyan, dalam perjalanan, dia pernah mendengar pertikaian kaum Muslimin tentang bacaan beberapa ayat Al Qur'an, dan pernah mendengar perkataan seorang Muslim depada temannya: "Bacaan saya lebih baikdari bacaanmu".<br />
<br />
Keadaan ini mengagetkan Hudzaifah maka di waktu dia telah kembali ke Madinah, segera ditemuinya Utsman bin Affan, dan kepada beliau diceriterakannya apa yang dilihatnya mengenai pertikaian kaum Muslimin tentang bacaan Al Qur'an itu, seraya berkata: "Susullah umat Islam itu sebelum mereka berselisih tentang Al Kitab, sebagai perselisihan Yahudi dan Nasara".<br />
<br />
Maka oleh Khalifah Utsman bin Affan dimintakan kepada Hafsah binti Umar lembaran-lembaran Al Qur'an yang ditulis di masa Khalifah Abu Bakar yang disimpan oleh Hafsah untuk disalin, dan oleh Hafsah lembaran -lembaran Al Qur'an itu diberikanlah kepada Khalifah Utsman bin Affan.<br />
<br />
Oleh Utsman dibentuklah satu panitia, terdiri dari Zaid bin Tsabit, sebagai ketua, Abdullah bin Zubair, Sa'id bin 'Ash dan Abdur Rahman bin Harits bin Hisyam.<br />
Tugas panitia ini ialah membukukuan Al Qur'an, yakni menyalin dari lembaran-lembaran yang tersebut menjadi buku. Dalam pelaksanaan ini Utsman menasehatkan supaya:<br />
a. Mengambil pedoman kepada bacaan mereka yang hafal Al Qur'an.<br />
b. Kalau ada pertikaian antara mereka tentang bahasa (bacaan), ,maka haruslah dituliskan menurut dialek suku Quraisy, sebab Al Qur'an itu diturunkan menurut dialek mereka.<br />
<br />
Maka dikerjakanlah oleh panitia sebagai yang ditugaskan kepada mereka, dan setelah tugas itu selesai, maka lembaran-lembaran Al Qur'an yang dipinjam dari Hafsah itu dikembalikan kepadanya. <br />
<br />
Al Qur'an yang telah dibukukuan itu dinamai dengan "Al Mushhaf", dan oleh panitia ditulis lima buah Al Mushhaf. Empat buah diantaranya dikirim ke Mekah, Syria, Basrah, dan Kufah, agar di tempat-tempat itu disalin pula dari masing-masing Mushhaf itu, dan satu buah ditinggalkan di Madinah, untuk Utsman sendiri, dan itulah yang dinamai dengan "Mushhaf Al Imam".<br />
<br />
Sedudah itu Utsman memerintahkan mengumpulkan semua lembaran-lembaran yang bertuliskan Al Qur'an yang ditulis sebelum itu dan membakarnya.<br />
Maka dari Mushhaf yang ditulis di zaman Utsman itulah kum Muslimin di seluruh pelosok menyalin Al Qur'an itu. Adapun kelainan bacaan, sampai sekarang masih ada, karena bacaan-bacaan yang dirawikan dengan mutawatir dari Nabi terus dipakai oleh kaum Muslimin dan bacaan-bacaan tersebut tidaklah berlawanan dengan apa yang ditulis dalam Mushhaf-mushhaf yang ditulis di masa Utsman itu.<br />
<br />
Dengan demikian, maka pembukuan Al Qur'an di masa Utsman itu faedahnya yang terutama ialah:<br />
1. Menyatukan kaum Muslimin pada satu macam Mushhaf yang seragam ejaan tulisannya.<br />
2. Menyatukan bacaan, dan kendatipun masih ada kelainan bacaan, tetapi bacaan itu tidak berlawanan dengan ejaan Mushhaf-mushhaf Utsman. Sedangkan bacaan-bacaan yang tidak sesuai dengan ejaan Mushhaf-mushhaf Utsman tidak di bolehkan lagi.<br />
3. Menyatukan tetib susunan surat-surat, menurut tertib urut sebagai yang kelihatan pada Mushhaf-mushhaf sekarang.<br />
<br />
Disamping itu Nabi Muhammad saw. sangat menganjurkan agar para sahabat menghafal ayat-ayat Al Qur'an. Karena itu banyak sahabat-sahabat yang menghafalnya baik<br />
satu surat, ataupun menghafal Al Qur'an seluruhnya. Kemudian di zaman tabi'ien, tabi'it tabi'ien dan selanjutnya usaha-usaha menghafal Al Qur'an ini dianjurkan dan diberi dorongan oleh para Khalifah sendiri.<br />
<br />
Pada zaman sekarang di Mesir, di sekolah-sekolah Awaliyah diwajibkan menghafal Al Qur'an. Kalau mereka hendak menamatkan pelajaran di sekolah-sekolah Awaliyah dan hendak meneruskan pelajarannya ke sekolah-sekolah Muallimin, maka hafalan mereka tentang Al Qur'an itu selalu diuji, sehingga pelajar-pelajar lulusan sekolah Muallimin telah hafal Al Qur'an seluruhnya dengan baik. Untuk mengambil ijazah sekolah persiapan Darul Ulum, pelajar-pelajar diuji dalam hafalan Al Qur'anul Karim. Di tingkat Ibtidaiyah dan Tsanawiyah pada Al Azhar pun diwajibkan menghafal Al Qur'an. Begitu pula halnya di negara-negara Arab yang lain, kegiatan menghafal Al Qur'an itu dapat dilihat dengan jelas.<br />
<br />
Di Indonesia, di pondok-pondok, surau-surau pesantren-pesantren, rangkang-rangkang dan madarasah-madarasah sampai perguruan tinggi terdapat pula usaha-usaha menghafal Al Qur'an itu. Umat Islam merasa, bahwa asalah suatu ibadat yang besar menghafal Al Qur'an Karim. Orang-orang yang hafal Al Qur'an amat ditinggikan dan dihormati. Di Indonesia biasa diadakan musabaqah (perlombaan) membaca Al Qur'an yang dilakukan baik oleh anak-anak ataupun oleh orang-orang yang telah dewasa dari tingkat kelurahan sampai tingkat nasional.<br />
<br />
Untuk menjaga kemurnian Al Qur'an yang diterbitkan di Indonesia ataupun yang didatangkan dari luar negeri, Pemeringah Republik Indonesia cq. Departemen Agama telah membentuk suatu panitia yang bertugas untuk memeriksa dan mentashheh Al Qur'an yang akan dicetak dan yang akan diedarkan, yang di namai "Lajnah Pentashih Mushhaf Al Qur'an", yang ditetapkan dengan penetapan Menteri Agama No. 37 th. 1957, yang telah diperbaharui dengan Peraturan Menteri Agama No. 2 Tahun 1980. Untuk melaksanakan tugas Lajnah tersebut diangkatlah anggota Lajnah dengan suatu Keputusan Menteri Agama yang diperbaharui di tiap tahun.<br />
<br />
Selain itu Pemerintah juga sudah mempunyai Al Qur'an pusaka berukuran 1 x 2 M. Yang ditulis dengan tangan oleh penulis-penulis Indonesia sendiri, mulai tanggal 23 Juni 1948/.17 Ramadalan 1367 dan selesainya tanggal 15 Maret 1960./17 Ramadlan 1379, yang sekarang disimpan di Mesjid Baiturrahim dalam Istana Negara. Al Qur'an pusaka itu selain untuk menjaga kesucian dan kemurnian Al Qur'an, juga dimaksudkan untuk menjadi induk dari Al Qur'an yang deterbitkan di Indonesia.<br />
<br />
Dengan usaha-usaha yang disebutkan di atas terpeliharalah A Qur'anul Karim itu, dan sampailah kepada kita sekarang dengan tidak ada perobahan sedikit juga dari apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Dalam pada itu, pada tiap-tiap zaman dan masa Al Qur'an dihafal oleh jutaan umat Islam, ini adalah salah satu inayat Tuhan untuk menjaga Al Qur'an, Dengan demikian terbuktilah firman Allah dalam surat Al Hijr (15) ayat 9, yang artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami tetap memeliharanya".<br />
</div>wahyubedehttp://www.blogger.com/profile/01739343938807133227noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3435873218703305456.post-89487289023847323282011-03-02T12:41:00.009+07:002011-03-04T09:56:23.182+07:00Al Qur'an di masa Abu Bakar ra.<div align="justify"><br />
<br />
Sesudah Rasulullah wafat, para sahabat baik Anshar maupun Muhajirin, sepakat mengangkat Abu Bakar menjadi khalifah. Pada awal masapemerintahannya banyak diantara orang-orang Islam yang <a name='more'></a>belum kuat imannya. Tertuama di Nejed dan Yaman banyak di antara mereka yang menjadi murtad dari agamanya, dan banyak pula yang menolak membayar zakat. Disamping itu ada pula orang-orang yan gmengaku dirinya sebagai nabi. Hal ini dihadapi oleh Abu Bakar dengan tegas, sehingga ia berkata terhadap orang-orang yang menolak membayar zakat itu demikian: "Demi Allah! Kalau mereka menolak untuk menyerahkan seekor anak kambing sebagai zakat (seperti apa) yang pernah serahkan kepada Rasulullah, niscaya aku akan memerangi mereka". Maka terjadilah peperangan yang hebat untuk menumpas orang-orang murtad dan pengikut-pengikut orang yang mengaku dirinya nabi itu. Diantara peperangan-peperangan itu yang terkenal adalah peperangan Yamamah. Tentara Islam yang ikut dalam peperangan ini, kebanyakan terdiri dari para sahabat dan para penghafal Al Qur'an. Dalam peperangan ini telah gugur 70 orang penghafal Al Qur'an. Bahkan sebelum itu gugur pula hampir sebanyak itu dari penghafal Al Qur'an di masa Nabi pada suatu pertempuran di sumur Ma'unah dekat kota Madinah.<br />
<br />
Oleh karena Umar bin Khaththab khawatir akan gugurnya para sahabat penghafal Al Qur'an yang masih hidup, maka iaa lalau datang kepada Abu Bakar memusyawarahkan hal ini. Dalam buku-buku Tafsir dan Hadits percakapan yang terjadi antara Abu Bakar, Umar dan Zaid bin Tsabit mengenai pengumpulan Al Qur'an diterangkan sebagai berikut:<br />
<br />
Umar berkata kepada Abu Bakar,: "Dalam peperangan Yamamah para sahabat yang hafal Al Qur'an telah banyak yang gugur. Saya khawatir akan gugunya para sahabat yang lain dalam peperangan selanjutnya, sehingga banyak ayat-ayat Al Qur'an itu perlu di kumpulkan".<br />
<br />
Abu Bakar Menjawab: "Mengapa aku akan melakukan sesuatu yang tidak diperbuat oleh Rasulullah?".<br />
<br />
Umar menegaskan: "Demi Allah! ini adalah perbuatan yang baik". <br />
Dan ia berulangkali memberikan alasan-alasan kebaikan megumpulkan AlQur'an ini, sehingga Allah membukakan hati Abu Bakar untuk menerima pendapat Umar itu, Kemudian Abu Bakar memanggil Zaid bin Tsabit dan berkat kepadanya: "Umar mengajakku mengumpulkan All Qur'an. Lalu diceriterakannya segala pembicaraannya yang terjadi antara dia dengan Umar. Kemudian Abu Bakar berkata: "Engkau adalah seorang pemuda yang cerdas yang kupercayai sepenuhnya. Dan engkau adalah seorang penulis wahyu yang selalu disuruh oleh Rasulullah, Oleh karena itu, maka kumpulkanlah ayat-ayat Al Qur'an itu". <br />
<br />
Zaid menjawab: "Demi Allah! ini adalah pekerjaan yang berat bagiku. Seandainya aku diperintahkan untuk memindahkan sebuah bukit, maka hal itu tidaklah lebih berat bagiku daripada mengumpulkan Al Qur'an yang engkau perintahkan itu". Dan ia berkata selanjutnya kepada Abu Badar dan Umar: "mengapa kalian melakukan sesuatu yang tidak diperbuat oleh Nabi?" Abu Bakar menjawab: "Demi Allah! ini adalah perbuatan yang baik". Ia lalu memberikan alasan-alasan kebaikan mengumpulkan ayat-ayat Al Qur'an itu, sehingga membukakan hati Zaid, kemudian ia mengumpulkan ayat-ayat Al Qur'an dari daun, pelepah kurma, batu, tanah keras, tulang unta atau kambing dan dari sahabat-sahabat yang hafal Al Qur'an.<br />
<br />
Dalam usaha mengumpulkan ayar-ayat Al Qur'an itu Zaid bin Tsabit bekerja amat teliti. Sekalipun belaiau hafal Al Qur'an seluruhnya, tetapi unutuk kepentingan pengumpulan Al Qur'an yang sangat penting bagi umat Islam itu, masih memandang perlu mencocokkan hafalan atau catatan sahabt-sahabat yang alin dengan disaksikan oleh dua orang saksi. Dengan demikian Al Qur'an seluruhnya telah ditulis oleh Zaid bin Tsabit dalam lembaran-lembaran, dan diikatnya dengan benar, tersusun menurut urutan ayat-ayatnya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Rasulullah, kemudian diserahkan kepada Abu Bakar. Mushaf ini tetap ditangan Abu Bakar sampai ia meninggal, kemudian dipindahkan ke rumah 'Umar bin Khaththab dan tetap ada di sana selama pemerintahannya. Sesudah beliau wafat Mushaf itu dipindahkan ke rumah Hafsah, puteri 'Umar, isteri Rasulullah sampai masa pengumpulan dan penyusunan Al Qur'an di masa Khalifah Utsman.<br />
</div>wahyubedehttp://www.blogger.com/profile/01739343938807133227noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3435873218703305456.post-47560068105305932642011-03-02T11:22:00.002+07:002011-03-03T10:34:41.692+07:00SEJARAH PEMELIHARAAN KEMURNIAN AL QUR'ANMemelihara Al Qur'an di masa Nabi saw.<br />
<br />
Pada permulaan Islam bangsa Arab adalah satu bangsa yang bura huruf; amat sedikit di antara mereka yang pandai menulis dan membaca. Mereka belum mengenal kertas, sebagai kertas yang dikenal sekarang.<br />
Perkataan "Al waraq" (daun) yang<a name='more'></a> lazim pula dipakaikan dengan arti "kertas" di masa itu, hanyalah dipakaikan pada daun kayu saja.<br />
<br />
Adapun kata "al qirthas" yang daripadanya terambil kata-kata indonesia "kertas" dipakaikan oleh mereka hanyalah kepada benda-benda (bahan-bahan) yang mereka pergunakan untuk ditulis, yaitu: kulit binatang, batu yang tipis dan licin, pelapah tamar (korma), tulang binatang dan lain sebagainya.<br />
<br />
Setelah mereka menaklukkan negeri Persia, yaitu sesudah wafatnya Nabi Muhammad saw, barulah mereka mengetahui kertas. Orang Persia menamai kertas itu "kaqhid", maka dipakailah kata-kata kaqhid ini untuk kertas oleh bangsa Arab semenjak itu.<br />
<br />
Adapun sebelum masa Nabi ataupun di masa Nabi, kata-kata "al kaqhid" itu tidak ada dalam pemakaian bahasa Arab, maupun dalam hadits-hadits Nabi. Kemudian kata-kata "al qirthas" itupun dipakai pula oleh bangsa arab kepada apa yang dinamakan "kaqhid" dalam bahasa Persia itu.<br />
<br />
Kitab atau buku tentang apapun, juga belum ada pada mereka. Kata-kata "kitab" di masa itu hanyalah berarti: sepotong kulit, batu, atau tulang dan sebagainya yang telah bertulis, atau berarti surat, seperti kata "kitab" dalam ayat 28 surat (27) An Naml, yang artinya: "Pergilah dengan surat saya ini, maka jatuhkanlah dia kepada mereka....".<br />
<br />
Begitu juga "kutub" (nama' kitab) yang dikirimkan oleh Nabi kepada raja-raja di masanya, untuk menyeru mereka kepada Islam.<br />
<br />
Karena mereka belum mengenal kitab atau buku sebagai yang dikenal sekarang, sebab itu diwaktu Al Qur'anul Karim itu dibukukan di masa Khalifah Utsman bin 'Affan sebagai akan diterangkan nanti; mereka tidak tahu dengan apa Al Qur'an yang telah dibukukan itu akan dinamai. Bermacam-macamlah pendapat sahabat tentang nama yang harus diberikan. Akhirnya mereka sepakat menamainya dengan "Al Mushaf" (ism maf'ul dari ashhafa), dan ashhafa artinya: mengumpulkan (shuhuf), jama' dari shahifah, lembaran-lembaran yang telah bertulis.<br />
<br />
Kendatipun bangsa Arab pada waktu itu masih buta huruf, tetapi mereka mempunyai ingat yang amat kuat. Pegangan mereka dalam memelihara dan meriwayatkan sya'ir-sya'ir dari pujangga-pujangga dan penyair-penyair mereka, ansab (silsilah keturunan) mereka, peperangan-peperangan yang terjadi diantara mereka, peristiwa-pertistiwa yang terjadi dalam masyarakat dan kehidupan mereka tiap hari dan lain-lain sebagainya, adalah kepada hafalan semata-mata.<br />
<br />
Demikianlah keadaan bangsa Arab di waktu kedatangan agama Isalam itu. Maka dijalankanlah oleh Nabi suatu cara yang 'amali (praktis) yang selaras dengan keadaan itu dalam menyiarkan Al Qur'nul Karim dan memeliharanya. Tiap-tuap diturunkan ayat-ayat itu Nabi menuyuruh menghafalnya, dan dan menuliskannya di batu, kullit binatang, pelepah tamar, dan apa saja, yang bisa sisusun dalam sesuatu surat. Nabi menerangkan tertib urut ayat-ayat itu. Nabi mengadakan peraturan, yaitu Al Qur'an sajalah yang boleh dituliskan , selain dari Al Qur'an, Hadits atau pelajaran-pelajaran yang mereka dengar dari mulut Nabi, dilarang menuliskannya. Larangan ini dengan maksud supaya Al Qur'anul Karim itu terpelihara, jangan campur aduk dengan yang lain-lain yang juga didengar dari Nabi.<br />
<br />
Nabi menganjurkan supaya Al Qur'an itu dihafal, selalu dibaca, dam diwajibkannya membacanya dalam sembahyang. Dengan jalan demikian banyaklah orang yang hafal Al Qur'an. Surat yang satu macam, dihafal oleh ribuan manusia, dan banyak yang hafal seluruh Al Qur'an. Dalam pada itu tidak ada satu ayatpun yang tak dituliskan. <br />
<br />
Kepandaian menulis dan membaca itu amat dihargai dan digembirakan oleh Nabi. Beliau berkata:<br />
"Di akhirat nanti tinta ulama-ulama itu akan ditimbang dengan darah syuhada' (orang-orang yang mati syahhid)"<br />
<br />
Pada peperangan Badar, orang-orang musyrikin yang ditawan oleh Nabi, yang tidak mampu menebus dirinya dengan uang, tetapi pandai menulis baca, masing-masingnya diharuskan mengajar sepuluh orang Muslim menulis dan membaca sebagai ganti tebusan.<br />
<br />
Di dalam Al Qura'an pn banyak ayat-ayat yang mengurarakan penghargaan yang tinggi terhadap huruf, pena, dan tulisan. Firman Allah, dalam surat Al Qalam (68) ayat 1 yang artinya: " Nun, demi pena da apa yang mereka tuliskan."<br />
<br />
dalam surat Al 'Alaq (96) ayat 3, 4, 5 yang artiny: "Bacalah, dan Tuhanmu amat mulia. Yang telah mengajar dengan pena. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."<br />
<br />
Karena itu bertambahlah keinginan untuk belajar menulis dan membaca, dan bertambah banyaklah mereka yang pandai menulis dan membaca itu, dan banyaklah orang yang menuliskan ayat-ayat yang telah diturunkan. Nabi sendiri mempunyai beberapa orang penulis yang bertugas menuliskan Al Qur'an untuk beliau. Penulis-penulis beliau yang terkenal ialah 'Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit dan Mu'awiyah.<br />
<br />
Dengan demikan terdapatlah di masa Nabi tiga unsur yang tolong menolong memelihara Al Qur'an yan telah diturunkan itu. <br />
1. Hafalan dari mereka yang hafal Al Qur'an itu.<br />
2. Naskah-naskah yang ditulis untuk Nabi.<br />
3. Naskah-naskah yang ditulis oleh mereka yang pandai menulis dan membaca untuk mereka masing-masing.<br />
<br />
Dalam pada itu oleh Jibril diadakan ulangan (repetisi) sekali setahun. Di waktu ulangan itu Nabi disuruh mengulang memperdengarkan Al Qur'an yang telah diturunkan. Di tahun beliau wafat, ulangan itu diadakan oleh Jibril dua kali. Nabi sendiripun sering pula mengadakan ulangan itu terhadap sahabat-sahabatnya, maka sahabat-sahabat itu disuruh beliau membacakan Al Qur'an itu di mukanya, untuk menetapkan atau membetulkan hafalan atau bacaan mereka.<br />
<br />
Ketika Nabi wafat Al Qur'an itu telah sempurna diturunkan dan telah dihafal oleh ribuan manusia, dan telah dituliskan semua ayat-ayatnya. Ayat-ayatnya dalam sesuatu surat telah disusun menurut tertib urut yang ditunjukkan sendiri oleh Nabi. Mereka telah mendengar Al Qur'an itu dari mulut Nabi berkali-kali, dalam sembahyang, dalam pidato-pidato beliau, dalam pelajaran-pelajaran dan lain-lain, sebagaimana Nabi sendiripun telah mendengar pula dari mereka. Pendeknya Al Qur'anul Karim adalah dijaga dan terpelihara baik-baik, dan Nabi telah menjalani suatu cara yang amat praktis untuk memelihara dan menyiarkan Al Qur'an itu, sesuai dengan keadaan bangsa Arab di waktu itu.<br />
<br />
Satu hal yang menarik perhatian, ialah Nabi baru wafat sebagai disebutkan di atas, ialah di kala Al Qur'an itu telah cukup diturunkan, dan Al Qur'an itu sempurna diturunkan ialah di waktu Nabi telah mendekati masanya untuk kembali ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa. Hal ini bukanlah suatu kebetulan saja, tetapi telah diatur oleh Yang Maha Esa.wahyubedehttp://www.blogger.com/profile/01739343938807133227noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3435873218703305456.post-63875389007155224152011-02-02T18:33:00.001+07:002011-02-02T22:33:51.617+07:00SURAT-SURAT DALAM AL QUR'ANJumlah surat dalam Al Qur'an ada 114; nama-namanya dan batas-batas tiap-tiap surat, susunan ayat-ayatnya adalah menurut ketentuan yang ditetapkan dan diajarkan oleh Rasulullah sendiri (taufiqi).<br /><br />Sebagian dari surat-surat Al Qur'an mempunyai satu nama dan sebagian yang lain mempunyai lebih dari satu nama, sebagaimana yang akan diterangkan dalam muqodimah tiap-tiap surat.<br /><br />Surat-surat yang ada dalam Al Qur'an ditinjau dari segi panjang dan pendeknya terbagi aras 4 bagian, yaitu:<br /><br />1. ASSAB'UTHTHIWAL, dimaksudkan, tujuh surat yang panjang. Yaitu: Al Baqarah, Ali Imaran, An Nisaa', al A'raaf, Al An'aam, al Maa-idah dan Yunus.<br /><br />2. AL MIUUN, dimaksudkan surat-surat yang berisi kira-kira seratus ayat lebih. seperti Hud, Yusuf, Mu'min, dsb.<br /><br />3. AL MATSANI, dimaksudkan surat-surat yang berisi kurang sedikit dari seratus ayat, seperti: Al Anfal, Al Hijr, dsb.<br /><br />4. AL MUFASHSHOL, dimaksudkan surat-surat pendek. seperti: Adhdhuha, 'al Ikhlas, Al Falaq, An Nas dsb.wahyubedehttp://www.blogger.com/profile/01739343938807133227noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3435873218703305456.post-14081399862868232862011-02-02T18:30:00.001+07:002011-02-02T22:39:56.317+07:00Ayat-ayat Makkiyyah dan ayat-ayat MadaniyyahDitinjau dari segi masa turunnya, maka Al Qur'an itu dibagi atas dua golongan:<br /><br />1. Ayat-ayat yang diturunkan di Mekah atau sebelum Nabi Muhammad s.a.w. gijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Makkiyyah.<br /><br />2. Ayat-ayat yang diturunkan di Madinah atau sesudah Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Madaaniyyah.<br /><br />Ayat-ayat Makkiyyah meliputi 19/30 dari isi Al Qur'an terdiri atas 86 surat, sedang ayat-ayat Madaniyyah meliputi 11/30 dari isi Al Qur'an terdiri atas 28 surat.<br /><br />Perbedaan ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah ialah:<br /><br />1. Ayat-ayat Makiyyah pada umumnya pendek-pendek sedang ayat-ayat Madaniyyah panjang-panjang; surat Madaniyyah yang merupakan 11/30 dari isi Al Qur'an ayat-ayatnya berjumlah 1.456, sedang surat Makkiyyah yang merupakan 19/30 dari isi Al Qur'an jumllah ayat-ayatnya 4.780 ayat. Juz 8 seluruhnya Madaniyyah kecuali surat (60) Mumtahinah, ayat-ayatnya berjumlah 137; sedang juz 29 ialah Makkiyah kecuali surat (76)Ad Dahr, ayat-ayatnya berjumlah 431. Surat Al Anfaal dan surat asy Syu'araa masing-masing merupakan setengah juz tetapi yang pertama Madaniyyah dengan bilangan ayat sebanyak 75, sedang yang kedua Makiyyah dengan ayatnya berjumlah 227.<br /><br />2. Dalam surat-surat Madaniyyah terdapat perkataan "yaa ayyuhalladziina aamanuu" dan sedikit sekali terdapat perkataan "yaa ayyuhannas", sedang dalam surat Makkiyyah adalah sebaliknya.<br /><br />3. Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ancaman dan pahala, kisah-kisah umat terdahulu yang mengandung pengajaran dan budi pekerti; sedang Madaniyyah mengandung hukum-hukum, baik yang berhubungan dengan hukum adat atau hukum-hukum duniawi, seperti hukum kemasyarakatan, hukum antar agama dan lain-lain.wahyubedehttp://www.blogger.com/profile/01739343938807133227noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3435873218703305456.post-6661153023570984982011-02-02T18:28:00.001+07:002011-02-02T22:45:27.668+07:00Pembagian Al Qur'anSejak zaman sahabat telah ada pembagian Al Qur'an menjadi: 1/2, 1/3, 1/5, 1/7, 1/9 dan sebagainya. Pembagian tersebut hanya sekedar untuk hafalan dan amalan dalam tiap-tiap sehari semalam atau di dalam sembahyang, dan tidak ditulis di dalam Al Qur'an atau di pinggirnya. Barulah pada masa Al Hajjaj bin Jusuf Ats Tasaqafi diadakan penulisan di dalam atau di pinggir Al Qur'an dan ditambah dengan istilah-istilah baru.<br /><br />Salah satu cara pembagian Al Qur'an itu, ialah dibagi menjadi 30 juz, 114 surat dan 60 hizb. Salah satu surat ditulis namanya dan ayat-ayatnya , dan tiap-tiap hizb ditulis sebelah pinggirnya yang menerangkan: hizb pertama, kedua dan seterusnya. Dan tiap-tiap satu hizb dibagi 4. Tanda 1/4 ditulis dengan: "rubba'a", tanda 1/2 ditulis dengan: "nisfu", tanda 3/4 ditulis dengan: "tsalatsatu 'arba'a". Pembagian cara inilah yang dipakai oleh ahli Qiraat Mesir, dan atas dasar itu pulalah percetakan Amiriyah milik pemerintah Mesir mencetak Al Qur'an semenjak tahun 1337 Hijrah sampai sekarang, dibawah pengawasan para guru besar Al Azhar.<br /><br />Al Qur'an terdiri atas 114 surat dan dibagi menjadi 30 juz terdiri aas 554 ruku'. Surat yang panjang berisi beberapa ruku', sedang surat-surat yang pendek-pendek berisi satu ruku'. Tiap-tiap satu ruku' diberi tanda di sebelah pinggirnya dengan huruf "'ain". Al Qur'an yang beredar di Indonesia dibagi menurut pembagian tersebut di atas, seperti cetakan cirebon, Jepang, dan lain-lainnya. Adapun pertengahan Al Qur'an (nishful Qur'an), terdapat pada surat (18) Al Kahf ayat 19 pada lafazd: "walyatalatthof".wahyubedehttp://www.blogger.com/profile/01739343938807133227noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3435873218703305456.post-32526245563604075312011-02-02T18:14:00.001+07:002011-02-02T22:46:59.698+07:00Nama-nama Al Qur'anAllah memberi nama Kitab-Nya dengan Al Qur'an yang berarti "bacaan". Arti ini dapat kita lihat dalam surat (75) Al Qiyamah; ayat 17 dan 18 sebagaimana tersebut diatas.<br /><br />Nama ini dikuatkan oleh ayat-ayat yang terdapat dalam surat (17) Al Israa' ayat 88; surat (2) Al Baqarah ayat 85; surat (15) Al Hijr ayat 87; surat (20) Thaa ha ayat 2; surat (27) <br />An Naml ayat 6; surat (46) Al Ahqaaf ayat 29; surat (56) Al Waqi'ah ayat 77; surat (59) Al Hasyr ayat 21; dan surat (76) Addahr ayat 23.<br /><br />Menurut pengertian ayat-ayat di atas Al Qur'an itu dipakai sebagai nama bagi Kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w.<br /><br />Selain Al Qur'an, Allah juga memberi beberapa nama lain bagi Kitab-Nya, seperti:<br /><br />1. Al Kitaab atau Kitaabullah: merupakan synonim dari perkataan Al Qur'an, sebagaimana tersebut dalam surat (2) Al Baqarah ayat 2 yang artinya: "Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya ....... " lihat pula surat (6) Al An'aam ayat 114.<br /><br />2. Al Furqaan: "Al Furqaan" artinya: "Pembeda", ialah "yang membedakan yang benar dan yang batil", sebagai tersebut dalam surat (25) surat Al Furqaan ayat 1 yang artinya: "Maha Agung (Allah) yang telah menurunkan Al Furqaan, kepada hamba-Nya, agar ia menjadi peringatan kepada seluruh alam".<br /><br />3. Adz-Dzikir: Artinya: "Peringatan" sebagaimana yang tersebut dalam surat (15) Al Hijr ayat 9 yang artinya: "Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan "Adz-Dzikir" dan sesungguhnya Kamilah yang menjaganya". (lihat pula surat (16) An-Nahl ayat 44.<br /><br />Dari nama yang tiga tersebut diatas, yang paling masyhur dan merupakan nama khas ialah "Al Qur'an".<br /><br />Selain dari nama-nama yang tiga itu ada lagi beberapa nama bagi Al Qur'an. Imam Asy Syuyuthy dalam kitabnya Al Itqan, menyebutkan nama-nama Al Qur'an diantaranya: Al Mubiin, Al Kariim, Al Kalam, An Nuur.wahyubedehttp://www.blogger.com/profile/01739343938807133227noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3435873218703305456.post-51359330815893592292011-02-02T18:13:00.002+07:002011-02-02T22:48:31.401+07:00Huruf huruf Hijaiyah yang ada pada permulaan suratDi dalam Al Qur'an ada 29 surat yang dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah yaitu pada surat-surat:<br /><br />(1) Al Baqarah, (2) Ali Imran, (3) AL A'raf, (4) Yunus, (5) Yusuf, (7) Ar Ra'ad (8) Ibrahim, (9) Al Hijr, (10) Maryam, (11) Thahaa, (12) Asy Syuraa, (13) An Naml, (14) Al Qashas, (15) Al 'Ankabut, (16) Ar Ruum, (17) Lukman, (18) As Sajdah, (19) Yasin, (20) Shaad, (21) Al Mu'min, (22) Fushshilat, (23) Asy Syuura, (24) Az Zukhruf, (25) Ad Duukhan, (26) Al Jaatsiyah, (27) al Ahqaaf, (28) Qaaf, (29) Al Qalaam (Nuun).<br /><br />Huruf-huruf hijaiyah yang terdapat pada permlaan tiap-tiap surat tersebut di atas, dinamakan "Fawatihushshuwar" artinya pembukaan surat-surat.wahyubedehttp://www.blogger.com/profile/01739343938807133227noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3435873218703305456.post-90811081443604926632011-02-02T18:07:00.002+07:002011-02-02T22:52:36.472+07:00Hikmah diturunkannya Al Qur'an secara terusmenerusAl Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 23 tahun, 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah.<br /><br />Hikmah Al Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur itu ialah:<br /><br />1. Agar lebih mudah dimengerti dan dilaksanakan. Orang akan enggan melaksanakan suruhan, dan larangan sekiranya suruhan dan larangan itu diturunkan sekaligus banyak. Hal ini disebutkan oleh Mukhari dari riwayat "Aisyah r.a.<br /><br />2. Diantara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan kemaslahatan. Ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al Qur'an diturunkan sekaligus. (ini menurut pendapat yang mengatakan adanya nasikh dan mansukh).<br /><br />3. Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh di hati.<br /><br />4. Memudahkan penghafalan. Orang-orang musyrik yang telah menanyakan mengapa Al Qur'an tidak diturunkan sekaligus, sebagaimana tersebut dalam Al Qur'an surat (25) Al Furqaan ayat 32, yaitu: ".......... mengapakah Al Qur'an tidak diturunkan kepadanya sekaligus ........... ? " kemudian dijawab di dalam ayat itu sendiri: ".......... Demikianlah, dengan (cara) begitu Kami hendak menetapkan hatimu ......... "<br /><br />5. Di antara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban daripada pertanyaan atau penolakan suatu pendapat atau perbuatan , sebagai dikatakan oleh Ibnu 'Abbas r.a. Hal ini tidak dapat terlaksana kalau al Qur'an diturunkan sekaligus.wahyubedehttp://www.blogger.com/profile/01739343938807133227noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3435873218703305456.post-72531847328813558762011-01-31T11:13:00.003+07:002011-02-01T13:54:28.276+07:00sejarah alquran<justify><br />APAKAH ALQURAN ITU?<br /><br />Arti kata Qur'an dan apa yang dimaksud dengan Al Qur'an.<br /><br />"Qur'an menurut pendapat yang paling kuat seperti yang <!- more ->dikemukakan Dr. Subhi Al Salih berarti "bacaan", asal kata qaraa. Kata Al-Qur'an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf'ul yaitu arti maqru (dibaca).<br />di dalam Al-Qur'an itu sendiri ada pemakaian kata "Qur'an" dalam arti demikian sebagai tersibut dalam ayat 17, 18, surat (75) Al Qiyamah, yang artinya:<br />"Sesungguhnya mengumpulkan Al Qur'an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (karena itu), jika Kami telah membacakannya, hendaknya kamu ikuti bacaannya."<br /><br />Kemudian dipakai kata "Qur'an" itu untuk Al Qur'an yang dikenal sekarang ini. Adapun definisi Al Qur'an ialah: "Kalam Allah s.w.t. yang merupakan mu'jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah."<br /><br />Dengan definisi ini, Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-nabi selain Nabi Muhammad s.a.w., tidak dinamakan Al Qur'an seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s., atau Injil yang diturunkan kepada Nabi 'Isa a.s. Demikian pula Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak pula dinamakan Al Qur'an.<br /><br />Cara-cara Al Qur'an diwahyukan.<br /><br />Nabi Muhammmad s.a.w. dalam al menerima wahyu mengalami bermacam-macam cara dan keadaan, diantaranya:<br /><br />1. Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi s.a.w. tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya Mengenai hal ini Nabi mengatakan: "Ruhul qudus mewahyukan ke dalam kalbuku", (lihat surat (42) Asy Syuraa ayat (51).<br /><br />2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.<br /><br />3. Wahyu datang kepadanya sepeti gemerincingya lonceng. Cara inilah yang amat berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: "Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnnya wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa".<br /><br />4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-lakki seperti keadaan no. 2, tetapi benar-benar seperti rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam Al Qur'an surat (53) An Najm ayat 13 dan 14, yang artinya:<br />"Sesunggunya Muhammad telah melihatnya pada kali yang lain (kedua). Ketika (ia berada) di Sidratulmuntaha".<br /><br />Pembagian Al Qur'an<br /><br />Sejak zaman sahabat telah ada pembagian Al Qur'an menjadi: 1/2, 1/3, 1/5, 1/7, 1/9 dan sebagainya. Pembagian tersebut hanya sekedar untuk hafalan dan amalan dalam tiap-tiap sehari semalam atau di dalam sembahyang, dan tidak ditulis di dalam Al Qur'an atau di pinggirnya. Barulah pada masa Al Hajjaj bin Jusuf Ats Tasaqafi diadakan penulisan di dalam atau di pinggir Al Qur'an dan ditambah dengan istilah-istilah baru.<br /><br />Salah satu cara pembagian Al Qur'an itu, ialah dibagi menjadi 30 juz, 114 surat dan 60 hizb. Salah satu surat ditulis namanya dan ayat-ayatnya , dan tiap-tiap hizb ditulis sebelah pinggirnya yang menerangkan: hizb pertama, kedua dan seterusnya. Dan tiap-tiap satu hizb dibagi 4. Tanda 1/4 ditulis dengan: "rubba'a", tanda 1/2 ditulis dengan: "nisfu", tanda 3/4 ditulis dengan: "tsalatsatu 'arba'a". Pembagian cara inilah yang dipakai oleh ahli Qiraat Mesir, dan atas dasar itu pulalah percetakan Amiriyah milik pemerintah Mesir mencetak Al Qur'an semenjak tahun 1337 Hijrah sampai sekarang, dibawah pengawasan para guru besar Al Azhar.<br /><br />Al Qur'an terdiri atas 114 surat dan dibagi menjadi 30 juz terdiri aas 554 ruku'. Surat yang panjang berisi beberapa ruku', sedang surat-surat yang pendek-pendek berisi satu ruku'. Tiap-tiap satu ruku' diberi tanda di sebelah pinggirnya dengan huruf "'ain". Al Qur'an yang beredar di Indonesia dibagi menurut pembagian tersebut di atas, seperti cetakan cirebon, Jepang, dan lain-lainnya. Adapun pertengahan Al Qur'an (nishful Qur'an), terdapat pada surat (18) Al Kahf ayat 19 pada lafazd: "walyatalatthof".wahyubedehttp://www.blogger.com/profile/01739343938807133227noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3435873218703305456.post-8413965011835055602011-01-30T23:48:00.002+07:002011-01-31T06:52:15.680+07:00KEISTIMEWAAN ALQURANKitab suci Alquran memiliki keistimewaan-keistimewaan yang dapat<!-more-><br />dibedakan dari kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya, di antaranya<br />ialah:<br /> Al quran memuat ringkasan dari ajaran-ajaran ketuhanan yang<br />pernah dimuat kitab-kitab suci sebelumnya seperti Taurat, Zabur, Injil dan<br />lain-lain. Juga ajaran-ajaran dari Tuhan yang berupa wasiat. Alquran juga<br />mengokohkan perihal kebenaran yang pernah terkandung dalam kitab-kitab<br />suci terdahulu yang berhubungan dengan peribadatan kepada Allah Yang<br />Maha Esa, beriman kepada para rasul, membenarkan adanya balasan pada<br />hari akhir, keharusan menegakkan hak dan keadilan, berakhlak luhur serta<br />berbudi mulia dan lain-lain.<br />Allah Taala berfirman, "Kami menurunkan kitab Alquran kepadamu<br />(Muhammad) dengan sebenarnya, untuk membenarkan dan menjaga kitab<br />yang terdahulu sebelumnya. Maka dari itu, putuskanlah hukum di antara<br />sesama mereka menurut apa yang diturunkan oleh Allah. Jangan engkau<br />ikuti nafsu mereka yang membelokkan engkau dari kebenaran yang sudah<br />datang padamu. Untuk masing-masing dari kamu semua Kami tetapkan<br />aturan dan jalan." (Q.S. Al-Maidah:48)<br />Jelas bahwa Allah swt. sudah menurunkan kitab suci Alquran kepada<br />Nabi Muhammad saw. dengan disertai kebenaran mengenai apa saja yang<br />terkandung di dalamnya, juga membenarkan isi kitab-kitab suci yang<br />diturunkan oleh Allah Taala sebelum Alquran sendiri yakni kitab-kitab Allah yang diberikan kepada para nabi sebelum Rasulullah saw. Bahkan sebagai<br />pemeriksa, peneliti, penyelidik dari semuanya. Oleh sebab itu Alquran<br />dengan terus terang dan tanpa ragu-ragu menetapkan mana yang benar,<br />tetapi juga menjelaskan mana yang merupakan pengubahan, pergantian,<br />penyimpangan dan pertukaran dari yang murni dan asli.<br />Selanjutnya dalam ayat di atas disebutkan pula bahwa Allah Taala<br />memerintahkan kepada nabi supaya dalam memutuskan segala persoalan<br />yang timbul di antara seluruh umat manusia ini dengan menggunakan<br />hukum dari Alquran, baik orang-orang yang beragama Islam atau pun<br />golongan ahlul kitab (kaum Nasrani dan Yahudi) dan jangan sampai<br />mengikuti hawa nafsu mereka sendiri saja.<br />Dijelaskan pula bahwa setiap umat oleh Allah swt. diberikan syariat<br />dan jalan dalam hukum-hukum amaliah yang sesuai dengan persiapan serta<br />kemampuan mereka.<br />Adapun yang berhubungan dengan persoalan akidah, ibadah, adab,<br />sopan santun serta halal dan haram, juga yang ada hubungannya dengan<br />sesuatu yang tidak akan berbeda karena perubahan masa dan tempat, maka<br />semuanya dijadikan seragam dan hanya satu macam, sebagaimana yang<br />tertera dalam agama-agama lain yang bersumber dari wahyu Allah swt.<br />Allah Taala berfirman, "Allah telah menetapkan agama untukmu<br />semua yang telah diwasiatkan oleh-Nya kepada Nuh dan apa yang telah<br />Kami wahyukan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, (yang semua serupa saja)<br />yakni hendaklah kamu semua menegakkan agama yang benar dan janganlah<br />kamu sekalian berpecah-belah." (Q.S. Asy-Syura:13)<br />Seterusnya lalu dibuang beberapa hukum yang berhubungan dengan<br />amaliah yang dahulu dan diganti dengan syariat Islam yang merupakan<br />syariat terakhir yang kekal serta sesuai untuk diterapkan dalam segala waktu<br />dan tempat. Oleh sebab itu, maka akidah pun menjadi satu macam,<br />sedangkan syariat berbeda disesuaikan dengan kondisi zaman masingmasing<br />umat.wahyubedehttp://www.blogger.com/profile/01739343938807133227noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3435873218703305456.post-83827320774495816602009-06-24T01:57:00.000+07:002009-06-25T01:50:46.311+07:00TANDA HATI YANG MATIBanyak amal atau perbuatan yang kita lakukan dengan disadari atau bahkan seolah-olah tidak perduli, yang pada akhirnya menjadikan kita lalai pada tugas dan kewajiban.<br>Manusia memang tempat salah dan lupa, tapi bukan berarti kesalahan atau kealpaan harus terjadi berulang-ulang tanpa ada koreksi sejak dini. Sudah menjadi tuntutan bahwa kita harus berusaha memilah dan memilih amaliah yang sesuai dengan ajaran agama. Semua agama lebih specifik lagi agama kita islam sependapat bahwa perbuatan yang memberikan kemanfaatan pada orang lain pasti akan dianjurkan, namun sebaliknya jika menimbulkan mafsadah atau kerusakan juga akan dicegah. Dan kesemuanya itu bisa dikendalikan manakala kita dapat memanage hati.<br>Hati yang bersih (hidup) akan selalu senang dan gembira terhadap segala sesuatu yang menimpa, tidak gampang putus asa, positifthinking, menerima kebaikan bahkan memaafkan kekhilafan orang lain, karena menyadari kebahagiaan bisa didapat dari sini. Kaya haqiqi khusus bagi mereka yang berjiwa besar dan bersih hati, bukan bagi orang banyak harta, pangkat, atau kedudukan tapi sempit bahkan mati hati.<p>Sebagian daripada tanda matinya hati, yaitu jika tidak merasa sedih (susah) karena tertinggalnya suatu amal perbuatan kebaikan (kewajiban), juga tidak menyesal jika terjadi berbuat suatu pelanggaran dosa.<p>Jangan sampai terasa kebesaran suatu dosa merintangi kita dari husnudh-dhan (baik sangka terhadap Allah swt.) sebab siapa yang benar-benar mengenalNya, maka akan menganggap kecil dosanya itu disamping keluasan kemurahan Allah swt.<p>Merasa besarnya suatu dosa itu baik, jika menimbulkan rasa akan bertobat dan niat tidak akan mengulanginya selamanya. Tetapi jika merasa besarnya dosa itu akan menyebabkan putus dari rahmat Allah, merasa seolah-olah rahmat dan maaf Allah tidak didapatnya, maka perasaan yang demikian itu lebih bahaya baginya dari dosa yang dilakukannya, sebab putus harapan dari rahmat Allah itu dosa besar dan itu perasaan orang kafir semata.<br> <br>Abdullah bin Mas'ud ra.<br>berkata :<br>Seorang mu'min melihat dosanya bagaikan bukit yang akan merubuhinya, sementara orang munafiq melihat dosanya bagaikan lalat yang hinggap diujung hidungnya, maka diusir dengan tangannya.<br>Nabi saw. bersabda : Andaikan perbuatan dosa itu tidak lebih bagi seorang mu'min daripada ujub (merasa sombong karena amal kebaikannya), maka Allah tidak akan membiarkan seorang mu'min berbuat dosa selamanya. Sebab ujub itu menjauhkan seorang hamba dari Allah, sedang dosa itu menarik hamba mendekat kepada Allah. Dan ujub merasa besar diri, sedang dosa merasa kecil dan rendah diri di sisi Allah.<br>Amal kebaikan yang pasti diterima oleh Allah, yaitu jika merasa bahwa amal itu semata-mata karena taufiq hidayah dari Allah, kemudian ia tidak berbangga dengan amal itu, dan tidak merasa seolah-olah sudah cukup baik dengan amal itu. Karena amal itu ditujukan kepada keridloan Allah, maka tidak usah diingat-ingat lagi. Sebab siapa yang merasa sudah beramal, jarang sekali yang tidak merasa ujub atau bangga dengan amalnya itu. Dan itu suatu bahaya bagi amal itu.wahyubedehttp://www.blogger.com/profile/01739343938807133227noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3435873218703305456.post-10854105851028335212009-06-18T14:14:00.000+07:002009-06-18T14:12:44.449+07:00TASAWWUFTasawwuf ialah ilmu tauhid yang pada hakikatnya untuk mengenal Allah serta termasuk semulya-mulyanya ilmu, sebab ilmu tersebut merupakan intisari daripada syari'at, bahkan sendi yang utama dalam islam.<p><br>Adapun Had (definisi) ilmu tasawwuf :<br>a. Mengenal Allah, sehingga antara kita dengan Allah tidak ada perantara (hubungan dengan Allah tanpa perantara)<br>b. Melakukan semua akhlaq yang baik menurut sunnaturrasul dan meninggalkan semua akhlaq yang rendah.<br>c. Melepas hawa nafsu menurut sekehendak Allah.<br>d. Tiada memiliki apapun, juga tidak dimiliki oleh siapapun kecuali Allah.<p>Adapun caranya : <br>Mengenal Asmaa' Allah dengan penuh keyakinan, sehingga menyadari sifat-sifat dan af'al Allah di alam semesta ini.<p>Adapun Gurunya :<br>Nabi Muhammad saw yang telah mengajarkan dari tuntunan wahyu dan melaksanakannya lahir batin sehingga diikuti oleh para sahabatnya ra.<p>Adapun manfa'atnya :<br>Mendidik hati sehingga mengenal dzat Allah, sehingga berbuah kelapangan dada, dan bersih hati dan berbudi pekerti yang luhur menghadapi semua makhluq.<p>Abul Hasan Asysyadzili ra. berkata :<br>Perjalan kami terdiri atas lima,<br>1. Taqwa pada Allah lahir dan batin dalam pribadi sendiri atau di muka umum.<br>2. Mengikuti sunnaturrosul dalam kata dan perbuatan.<br>3. Mengabaikan semua makhluq dalam kesukaan dan kebencian mereka. (yakni tidak menghiraukan apakah mereka suka atau benci).<br>4. Rela (ridho) menurut hukum Allah ringan atau berat.<br>5. Kembali kepada Allah dalam suka dan duka.<p>Maka untuk melaksanakan taqwa harus berlaku wara' (menjauh dari semua yang makruh, subhat dan haram), dan tetap istiqomah dan mentaati semua perintah, ya'ni tetap tabah tidak berubah.<br>Dan untuk melaksanakan sunnaturrosul harus selalu waspada dan melakukan budi pekerti yang baik (luhur).<br>Dan untuk melaksanakan tidak hirau pada makhluq dengan sabar dan tawakkal (berserah diri pada Allah swt). <br>Dan untuk melaksanakan rela (ridho) pada Allah dengan terima (qonaah/tidak rakus) dan menyerah. Dan untuk melaksanakan <br>Kembali kepada Allah dalam suka dan duka dengan bersyukur dalam suka dan berlindung kepadaNya dalam duka.<br>Dan semua ini berpokok pada lima :<br>1. Semangat yang tinggi.<br>2. Berhati-hati dari yang haram atau menjaga kehormatan.<br>3. Baik berhidmat sebagai hamba.<br>4. Melaksanakan kewajiban.<br>5. Menghargai (menjunjung tinggi) nikmat.<p>Maka yang tinggi semangat, pasti naik tingkat derajatnya.<br>Dan siapa yang meninggalkan larangan yang diharamkan Allah, maka Allah menjaga kehormatannya.<br>Dan siapa yang benar dalam ta'atnya, pasti mencapai tujuan kebesaranNya/kemulyaanNya.<br>Dan siapa yang melaksanakan tugas kewajibannya dengan baik, maka bahagia hidupnya.<br>Dan siapa yang menjunjung ni'mat, berarti mensyukuri dan selalu akan menerima tambahan ni'mat yang lebih besar.<p>Sayid Ahmad Albadawi ra. berkata :<br>Perjalanan kami berdasarkan (bersendikan) kitab Allah dan sunnatur-Rasul saw. :<br>1. Benar dan jujur.<br>2. Bersih hati.<br>3. Menanggung tugas dan derita.<br>4. Menepati janji.<br>5. Menjaga kewajiban.<p>Seorang muridnya yang bernama Abdul Ali bertanya :<br>apakah yang harus di perbuat oleh orang yang ingin menjadi kekasih Allah ?<br>Jawabnya :<br>Seorang yang benar-benar dalam syariat ada 12 tanda-tandanya :<br>1. Benar-benar mengenal Allah (ya'ni mengerti benar tauhid dan mantap iman keyakinannya kepada Allah.<br>2. Menjaga benar-benar perintah Allah.<br>3. Berpegang teguh pada sunnaturrasul saw.<br>4. Selalu berwudlu' (ya'ni bila berhadas selalui memperbaharui wudlu').<br>5. Rela menerima hukum qadla' Allah dalam suka maupun duka.<br>6. Yakin terhadap semua janji Allah.<br>7. Putus harapan dari semua apa yang ditangan makhluq.<br>8. Tabah, sabar menanggung berbagai derita dan gangguan orang.<br>9. Rajin mentaati perintah Allah.<br>10. Kasih sayang terhadap semua makhluq Allah.<br>11. Tawadhu' merendah diri terhadap yang lebih tua, atau lebih muda.<br>12. Menyadari selalu bahwa syaitan itu musuh yang utama. Sedang sarang syaitan itu dalam hawa nafsu dan selalu berbisik untuk mempengaruhi.<p>Kemudian Syeh Ahmad Albadawi melanjutkan nasehatnya ;<br>Hai Abdul Al : <br>Berhati-hatilah daripada cinta dunia. Sebab itu bibit dari segala dosa, dan dapat merusak amal sholeh.<br>Kasihanilah anak yatim<br>dan berikan pakaian pada orang yang tidak berpakaian,<br>dan beri makan pada orang yang lapar,<br>dan hormatilah tamu dan orang gharib (rantau), semoga dengan begitu anda diterima Allah.<br>Dan perbanyaklah dzikir, jangan sampai termasuk golongan orang lalai disisi Allah.<br>Dan ketahuilah bahwa satu raka'at diwaktu malam lebih baik dari seribu raka'at diwaktu siang,<br>dan jangan mengejek bala'/musibah yang menimpa seseorang.<br>Dan jangan berkata ghibah atau namimah (menyebut kejelekan orang atau mengadu domba antara seorang dengan yang lain).<br>Dan jangan membalas, mengganggu pada orang yang mengganggumu.<br>Dan ma'afkan orang yang aniyaya padamu.<br>Dan berilah pada orang yang bakhil kepadamu.<br>Dan berlaku baik pada orang yang jahat padamu.<br>Dan sebaik-sebaik manusia akhlaq budi pekertinya ialah yang sempurna imannya.<br>Dan siapa yang tidak berilmu, maka tidak berharga di dunia dan akherat.<br>Dan siapa yang tidak sabar, tidak mudah selamat serta tidak berguna ilmunya.<br>Siapa yang tidak loman (dermawan) tidak mendapat keuntungan dari kekayaannya.<br>Siapa yang tidak sayang sesama manusia, tidak mendapat hak syafa'at disisi Allah .<br>Siapa yang tidak bertaqwa tidak berharga disisi Allah.<br>Dan siapa memiliki sifat-sifat ini tidak mendapat tempat di syorga.<br>Berdzikirlah pada Allah dengan hati yang hadir (khusyu'), dan berhati-hati daripada lalai, sebab lalai itu menyebabkan hati beku.<br>Dan serahkan dirimu pada Allah, dan relakan hatimu menerima bala' ujian sebagaimana kegembiraanmu ketika menerima ni'mat dan kalahkan hawa nafsu dengan meninggalkan syahwat.<br> ,<br> / _'+ %~<br> /<br> ^ _-__-__-_".~<br> '******' ~ ~ ~ ~~~~~~~~~~~~wahyubedehttp://www.blogger.com/profile/01739343938807133227noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3435873218703305456.post-52889464878530369182009-06-07T01:21:00.003+07:002011-01-31T08:17:09.239+07:00me<p class="mobile-photo"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfArJeSzTtvEXoL29wLRRXBltAPQsvxx9eS1JqbgWYIMlnyY-YasoEeEcIl8TVJ8UzWFAXVCMhQOrSad5fwlpqNA_porWkBUDAjoEc_4yjiRARWcA3_IJNP6QNWYypM3mSldaHQnjA9YJf/s1600-h/Wahyu.jpg-002-775789.jpg"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfArJeSzTtvEXoL29wLRRXBltAPQsvxx9eS1JqbgWYIMlnyY-YasoEeEcIl8TVJ8UzWFAXVCMhQOrSad5fwlpqNA_porWkBUDAjoEc_4yjiRARWcA3_IJNP6QNWYypM3mSldaHQnjA9YJf/s320/Wahyu.jpg-002-775789.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5344280959962942786" /></a></p>wahyubedehttp://www.blogger.com/profile/01739343938807133227noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3435873218703305456.post-48587723658267851772009-06-05T03:19:00.000+07:002009-06-05T03:17:36.273+07:00ANAK DAN AL-QUR'ANANAK ADALAH AMANAH dari Allah swt. Tidak semua orang mendapat anugerah ini, kecuali hanya orang-orang yang dikehendaki-Nya. Amanah ini harus dipelihara secara baik dan terus menerus dengan memberikan pendidikan yang baik dan benar. Seorang pendidik harus belajar bagaimana memberikan hak dan kewajibannya dengan baik. Ia harus mengetahui perkembangan-perkembangan baru tentang metode dan media pendidikan yang baik untuk menunaikan tugasnya, sehingga memperoleh hasil yang maksimal.<br> Salah satu pekerjaan pendidik yang harus mendapatkan perhatian serius adalah mencari metode yang tepat untuk mengajarkan Al-Qur'an kepada anak-anak usia dini. Mengajarkan Al-Qur'an adalah salah satu pendidikan islam, sehingga anak-anak tumbuh berdasarkan fitrah yang baik dan hati mereka dituntun oleh hikmah sehingga mampu membendung polusi kesesatan dan keruhnya kemaksiatan.<br> Para sahabat Nabi saw. tahu benar betapa pentingnya menghafal Al-Qur'an dan pengaruhnya terhadap psikologis anak, maka mereka berlomba-lomba mengajarkan Al-Qur'an kepada anak-anak mereka, sebagai implementasi sabda Nabi saw. : "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR. Ahmad).<br> Mempelajari Al-Qur'an dapat memberikan pengaruh baik terhadap diri seseorang, jika dilakukan dengan sungguh dan menggunakan metode dan cara yana bisa membuat anak mencintai Al-Qur'an.<br> Mengajarkan Al-Qur'an dengan cara yang baik tidak hanya membuat anak menjadi cinta terhadap Al-Qur'an tetapi juga meningkatkan kemampuan anak untuk mengingat dan memahami Al-Qur'an. Dari sini kemudian terbentuk pemahaman pada anak bahwa menghafal Al-Qur'an adalah amal dan perbuatan mulia. Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan kecintaan anak terhadap Al-Qur'an sebelum memulai menghafalnya. Hal ini perlu dilakukan karena menghafal Al-Qur'an tanpa didasari cinta terhadap Al-Qur'an tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Sebaliknya bahwa mencintai Al-Qur'an dibarengi dengan menghafalnya, akan membentuk perilaku mulia dan beradab pada anak.wahyubedehttp://www.blogger.com/profile/01739343938807133227noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3435873218703305456.post-69278785602327526862009-06-05T01:40:00.000+07:002009-06-05T01:38:18.178+07:00foto<p class="mobile-photo"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNV4udQIwoIHMX6bU0fzaZIDg2Gp8MOUZ2xgn8P30g9qFCqohl_7BsHOkL3s3ur3eAReHdaRd77pNkwlpxuFJEqUD7w6fDw0PF7peaQnxMIDWPBNyqC3kW-WdzvdLOUiQslj3IoA5rRPTY/s1600-h/wahyu.s-798182.168x136"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNV4udQIwoIHMX6bU0fzaZIDg2Gp8MOUZ2xgn8P30g9qFCqohl_7BsHOkL3s3ur3eAReHdaRd77pNkwlpxuFJEqUD7w6fDw0PF7peaQnxMIDWPBNyqC3kW-WdzvdLOUiQslj3IoA5rRPTY/s320/wahyu.s-798182.168x136" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5343543611951989234" /></a></p>wahyubedehttp://www.blogger.com/profile/01739343938807133227noreply@blogger.com0